Friday, 19 September 2014

#JakartaReposeProject (informan1)


Pak Gusti, seorang security di salah satu bank luar negeri yaitu Bank Commonwealth. Pak Gusti berumur 27 tahun dan sudah menjadi kepala keluarga namun belum dikaruniai seorang anak.




Security yang memiliki sosok yang baik, gagah dan berani ini, biasanya bekerja dengan sistem shift dan memiliki jadwal yang tidak menentu, terkadang ia juga lembur bekerja untuk mendapatkan gaji tambahan. Pada saat Pak Gusti memiliki waktu luang, ia membantu istrinya untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci baju. Pak Gusti sangat tidak menyukai orang yang bermalasan untuk menghabiskan waktu mereka. Pada saat saya bertanya mengenai aktivitas apa yang paling ia tidak sukai, Pak gusti menjawab “,kebanyakan tidurr, sukanya yang bergerak, aktivitas.” Ia beralasan bahwa hidup perlu seimbang,
“istirahat ya istirahat, cuma gak bole terlalu lama, kalau terlalu lama, badan pusing, gituu”
                  Pak Gusti mempunyai tempat favorit untuk dikunjungi diwaktu luang, yaitu tempat pemancingan tambak ikan bawal di daerah marunda, Jakarta Utara.  Di tempat pemancingan inilah Pak Gusti selalu mengisi waktu liburannya karena menurut Pak Gusti memancing itu merupakan hal yang menarik dibandingkan hanya mengisi waktu liburannya untuk menonoton dan pergi ke mall.  Disamping itu, menurut Pak Gusti memancing itu merupakan aktivitas yang dapat melatih atau menguji kesabaran diri kita.
iyah , kadang agak sulit juga si kadang kan kalo mancing itu, kalo badan lagi gak enak susah juga mancing, tergantung dari kitanya juga sebenernya si, kalo pas kita lagi marah-marah atau emosi, kalo lagi di keadaan gak enak dah pasti gak dapet seharian juga”
Tak hanya dari kegiatan memancingnya yang menarik tetapi fasilitas yang ditawarkan di tempat pemancingan tambak ikan bawal itu sendiri cukup memadai salah satunya, tempat pemancingan Pak Gusti menyediakan jasa sewa alat pancingan dan umpan makanan ikan kepada para pengunjungnya. Sementara itu harga sewa yang ditawarkan kepada para pengunjungnya relatif murah, namun biaya yang ditawarkan untuk memancing tidak berdasarkan harga tetap. Terkadang pemilik tambak tersebut menginginkan pembayaran secara kiloan, dimana harga satu kilo ikan adalah Rp28.000,-
Pemilik tambak tersebut juga dapat menerapkan sistem pembayaran per hari dimana harga tersebut berdasarkan jumlah pengunjung yang datang.
kalo harian itu kalo dari pagi ampe sore, itu ditetapin sama yang punya tempat, kadang sehari bisa 50ribu, 30 ribu, itu tergantung sama yang punya.”
“itu karena tergantung dia lagi lakunya berapa banyak, kalo hari ini kurang laku, bisa dy tetepin 50 ribu, kadang tetepin kiloan karena takut rugi”
Menurut Pak Gusti harga paling tinggi yang pernah diterapkan pemilik tambak ikan bawal tersebut adalah Rp. 50.000,-. Hal ini cukup menarik karena dengan harga yang relative murah, pengunjung dapat melakukan aktivitas memancing yang dapat memberikan suasana yang rileks dan juga dapat melatih kesabaran akan tantangan dalam memancing. Pengunjung juga dapat membawa pulang ikan bawal hasil pancingan mereka.
“harga segitu bisa dapat ikan berapa ajah, dari pemiliknya ajah nentuin hari ini bayarnya berapa tapi tetep dapet ikannya semuanya.”
                  Akses untuk mencapai ke lokasi pemancingan tersebut juga tidak begitu sulit. Pengunjung bisa menggunakan transportasi umum seperti bus TransJakarta, lalu turun di halte Tanjung Priok setelah itu, pengunjung bisa naik metro mini nomer 23 ke arah cilincing. Tempat pemancingan ikan bawal ini cukup jauh dari rumah Pak Gusti yaitu sekitar 30 menit untuk sampai ke lokasi pemancingan, sehingga biasanya Pak Gusti memakai kendaraan roda dua untuk memancing.
                  Pak Gusti sangat tidak menyukai pergi ke mall untuk menghabiskan waktu luangnya karena menurutnya hal tersebut tidak bermanfaat. Pak Gusti berkata, “kayak buat apa buang waktu kita untuk main-main, mendingan kemana yang lebih bermanfaat, kan orang ke mall cuma jalan-jalan terus pulang.” Selain itu Pak Gusti juga tidak menyukai tempat hiburan. Pak Gusti  mengatakan bahwa dia lebih memilih untuk memancing yang tidak membosankan dan membuat dia senang dibandingkan pergi ke mall dan ke tempat hiburan yang hanya membuang waktu dengan sia-sia dan kurang bermanfaat.
                  Pak Gusti pernah mengalami annoying experience terkait dengan suatu tempat di Jakarta yaitu Rumah Pitung di daerah Marunda, Jakarta Utara. Rumah Pitung sebenarnya adalah suatu tempat wisata yang cukup menarik, dimana rumah tersebut adalah rumah bersejarah mengenai kehidupan keluarga Pitung. Pitung merupakan pahlawan betawi yang memperjuangkan haknya melawan Hindia-Belanda. Dalam rumah panggung tersebut terdapat ruangan memasak, tempat tidur, dan lain- lain yang merupakan milik keluarga Pitung. Jarak yang jauh merupakan annoying experience bagi Pak Gusti dari rumah Pitung.
ia kalo mau kesana harus muter dulu naek  motor aja ga bisa harus ada jalan kaki untuk nyampe kesana. Kira-kira butuh waktu 30 menit untuk nyampe sana dan fasilitas yang ada cuman itu-itu aja”.
Akan tetapi, walaupun jarak rumah Pitung jauh Pak Gusti tetap ingin kembali ke rumah Pitung karena menurutnya, Rumah Pitung berada di pinggir laut sehingga kita dapat melihat pemandangan laut yang indah. Pak Gusti ternyata juga memiliki memorable experience terkait dengan aktivitas di waktu luangnya. Berkumpul bersama keluarga di Ancol merupakan memorable experience yang pernah dialami Pak Gusti. Pak Gusti mengatakan, “soalnya di Ancol itu fasilitasnya enak pemandangannya bagus, bisa duduk di pantai, berenang dan berkumpul bersama keluarga.” Terjangkau, fasilitas memadai(ada pendingin ruangan), transportasinya mudah, luas dan bersih merupakan faktor-faktor yang membuat Pak Gusti mengunjungi suatu tempat yang dapat mengisi waktu luangnya. Faktor-faktor tersebut sangat penting untuk membuat suatu tempat menjadi berkesan bagi Pak Gusti.
Apabila Pak Gusti bisa membuat tempat untuk menghabiskan waktu luangnya, ia ingin membuat tempat yang ada danau, pohon-pohon, dan memiliki kenyamanan dan keamanan yang baik. “karena saya suka pemandangan dan ruangan outdoor yang bisa berhubungan langsung dengan alam, membuat saya lebih nyaman dan berkesan di tempat tersebut.” kata Pak Gusti, saat ditanya alasan ingin membuat tempat tersebut. Pak Gusti mengeluarkan biaya sebesar Rp500.000,- per bulan untuk melakukan aktivitas di waktu luangnya.
                 
Created by : Olivia Pamela Suwandi