Pak Gusti, seorang security di salah satu
bank luar negeri yaitu Bank Commonwealth. Pak Gusti berumur 27 tahun dan sudah
menjadi kepala keluarga namun belum dikaruniai seorang anak.
Security yang memiliki sosok yang baik, gagah
dan berani ini, biasanya bekerja dengan sistem shift dan memiliki jadwal yang tidak menentu, terkadang ia juga
lembur bekerja untuk mendapatkan gaji tambahan. Pada saat Pak Gusti memiliki
waktu luang, ia membantu istrinya untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti
mencuci baju. Pak Gusti sangat tidak menyukai orang yang bermalasan untuk
menghabiskan waktu mereka. Pada saat saya bertanya mengenai aktivitas apa yang
paling ia tidak sukai, Pak gusti menjawab “,kebanyakan
tidurr, sukanya yang bergerak, aktivitas.” Ia beralasan bahwa hidup perlu
seimbang,
“istirahat
ya istirahat, cuma gak bole terlalu lama, kalau terlalu lama, badan pusing,
gituu”
Pak
Gusti mempunyai tempat favorit untuk dikunjungi diwaktu luang, yaitu tempat
pemancingan tambak ikan bawal di daerah marunda, Jakarta Utara. Di tempat pemancingan inilah Pak Gusti selalu
mengisi waktu liburannya karena menurut Pak Gusti memancing itu merupakan hal
yang menarik dibandingkan hanya mengisi waktu liburannya untuk menonoton dan
pergi ke mall. Disamping itu, menurut
Pak Gusti memancing itu merupakan aktivitas yang dapat melatih atau menguji
kesabaran diri kita.
“iyah ,
kadang agak sulit juga si kadang kan kalo mancing itu, kalo badan lagi gak enak
susah juga mancing, tergantung dari kitanya juga sebenernya si, kalo pas kita
lagi marah-marah atau emosi, kalo lagi di keadaan gak enak dah pasti gak dapet
seharian juga”
Tak hanya dari kegiatan memancingnya yang
menarik tetapi fasilitas yang ditawarkan di tempat pemancingan tambak ikan bawal
itu sendiri cukup memadai salah satunya, tempat pemancingan Pak Gusti menyediakan
jasa sewa alat pancingan dan umpan makanan ikan kepada para pengunjungnya.
Sementara itu harga sewa yang ditawarkan kepada para pengunjungnya relatif
murah, namun biaya yang ditawarkan untuk memancing tidak berdasarkan harga
tetap. Terkadang pemilik tambak tersebut menginginkan pembayaran secara kiloan,
dimana harga satu kilo ikan adalah Rp28.000,-
Pemilik tambak tersebut juga dapat menerapkan
sistem pembayaran per hari dimana harga tersebut berdasarkan jumlah pengunjung
yang datang.
“kalo
harian itu kalo dari pagi ampe sore, itu ditetapin sama yang punya tempat,
kadang sehari bisa 50ribu, 30 ribu, itu tergantung sama yang punya.”
“itu karena
tergantung dia lagi lakunya berapa banyak, kalo hari ini kurang laku, bisa dy
tetepin 50 ribu, kadang tetepin kiloan karena takut rugi”
Menurut Pak Gusti harga paling tinggi yang
pernah diterapkan pemilik tambak ikan bawal tersebut adalah Rp. 50.000,-. Hal
ini cukup menarik karena dengan harga yang relative murah, pengunjung dapat
melakukan aktivitas memancing yang dapat memberikan suasana yang rileks dan
juga dapat melatih kesabaran akan tantangan dalam memancing. Pengunjung juga
dapat membawa pulang ikan bawal hasil pancingan mereka.
“harga
segitu bisa dapat ikan berapa ajah, dari pemiliknya ajah nentuin hari ini
bayarnya berapa tapi tetep dapet ikannya semuanya.”
Akses
untuk mencapai ke lokasi pemancingan tersebut juga tidak begitu sulit.
Pengunjung bisa menggunakan transportasi umum seperti bus TransJakarta, lalu turun
di halte Tanjung Priok setelah itu, pengunjung bisa naik metro mini nomer 23 ke
arah cilincing. Tempat pemancingan ikan bawal ini cukup jauh dari rumah Pak
Gusti yaitu sekitar 30 menit untuk sampai ke lokasi pemancingan, sehingga
biasanya Pak Gusti memakai kendaraan roda dua untuk memancing.
Pak
Gusti sangat tidak menyukai pergi ke mall untuk menghabiskan waktu luangnya
karena menurutnya hal tersebut tidak bermanfaat. Pak Gusti berkata, “kayak buat apa buang waktu kita untuk
main-main, mendingan kemana yang lebih bermanfaat, kan orang ke mall cuma
jalan-jalan terus pulang.” Selain itu Pak Gusti juga tidak menyukai tempat hiburan.
Pak Gusti mengatakan bahwa dia lebih
memilih untuk memancing yang tidak membosankan dan membuat dia senang
dibandingkan pergi ke mall dan ke tempat hiburan yang hanya membuang waktu
dengan sia-sia dan kurang bermanfaat.
Pak
Gusti pernah mengalami annoying experience terkait dengan suatu tempat di
Jakarta yaitu Rumah Pitung di daerah Marunda, Jakarta Utara. Rumah Pitung sebenarnya
adalah suatu tempat wisata yang cukup menarik, dimana rumah tersebut adalah
rumah bersejarah mengenai kehidupan keluarga Pitung. Pitung merupakan pahlawan
betawi yang memperjuangkan haknya melawan Hindia-Belanda. Dalam rumah panggung
tersebut terdapat ruangan memasak, tempat tidur, dan lain- lain yang merupakan
milik keluarga Pitung. Jarak yang jauh merupakan annoying experience bagi Pak
Gusti dari rumah Pitung.
“ia
kalo mau kesana harus muter dulu naek
motor aja ga bisa harus ada jalan kaki untuk nyampe kesana. Kira-kira
butuh waktu 30 menit untuk nyampe sana dan fasilitas yang ada cuman itu-itu
aja”.
Akan tetapi, walaupun jarak rumah Pitung jauh
Pak Gusti tetap ingin kembali ke rumah Pitung karena menurutnya, Rumah Pitung
berada di pinggir laut sehingga kita dapat melihat pemandangan laut yang indah.
Pak Gusti ternyata juga memiliki memorable experience terkait dengan aktivitas
di waktu luangnya. Berkumpul bersama keluarga di Ancol merupakan memorable
experience yang pernah dialami Pak Gusti. Pak Gusti mengatakan, “soalnya di Ancol itu fasilitasnya enak
pemandangannya bagus, bisa duduk di pantai, berenang dan berkumpul bersama
keluarga.” Terjangkau, fasilitas memadai(ada pendingin ruangan),
transportasinya mudah, luas dan bersih merupakan faktor-faktor yang membuat Pak
Gusti mengunjungi suatu tempat yang dapat mengisi waktu luangnya. Faktor-faktor
tersebut sangat penting untuk membuat suatu tempat menjadi berkesan bagi Pak
Gusti.
Apabila Pak Gusti bisa membuat tempat untuk
menghabiskan waktu luangnya, ia ingin membuat tempat yang ada danau,
pohon-pohon, dan memiliki kenyamanan dan keamanan yang baik. “karena saya suka pemandangan dan ruangan
outdoor yang bisa berhubungan langsung dengan alam, membuat saya lebih nyaman
dan berkesan di tempat tersebut.” kata Pak Gusti, saat ditanya alasan ingin
membuat tempat tersebut. Pak Gusti mengeluarkan biaya sebesar Rp500.000,- per
bulan untuk melakukan aktivitas di waktu luangnya.
Created by : Olivia Pamela Suwandi